Sejak
memilihmu aku belajar untuk percaya. Meskipun tak jarang aku menemukan sesuatu
yang membuatku ragu. Walau begitu aku sadar bahwa aku telah menempatkanmu di
hati yang paling dalam. Di hati yang telah lama kosong, tak berisi. Kamu
tinggal di sana bersama janjiku untuk tidak pernah melepasmu pergi. Kamu adalah
orang yang sepenuh hati ku cintai. Seseorang yang benar-benar spesial dalam
hati dan dalam hariku. Aku tahu, kamu adalah orang yang mengerti bagaimana
seharusnya mencintai, juga memperlakukan orang yang mencintaimu. Aku ingin kamu
menjadi rumahku, tempat ku pulang, tempat ku beristirahat setelah lelah
menjalani hari. Dari awal, kamu tahu bahwa kita adalah dua orang yang saling
menguatkan, yang saling menjaga, yang saling mencintai hingga kini, hingga bisa
bertahan sampai sejauh ini.
Namun
waktu tidak pernah bisa kita tebak. Kini perasaan kita diuji oleh hal-hal yang
tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Hal-hal yang membuat kita menjadi lemah,
seolah tidak kuat untuk saling mempertahankan. Padahal kita tahu bahwa cinta
kita tidak selemah itu, dan kita bukan dua insan yang lemah untuk
mempertahankan cinta berdua. Sebenarnya ini adalah ujian bagi cinta kita. Tuhan
ingin tahu seberapa kuat cinta kita, seberapa tangguh kita menghadapi hal-hal
menyakitkan yang tak terduga. Hingga Tuhan memutuskan kita tetap layak bersama
atau tidak.
Aku
mengerti bahwa di luar sana banyak perempuan yang lebih segalanya dariku. Yang
memiliki segalanya yang kamu mau. Tapi ingat, bahwa di sana juga banyak
laki-laki yang lebih darimu, yang mungkin juga punya segalanya yang aku mau.
Namun aku tidak pernah berniat mengganti mu, menggeser mu walau sesenti. Aku
tetap bertahan, menepati janjiku sendiri. Aku tetap memilih bersetia padamu,
pada orang yang kini justru ku ragukan kesetiannya. Setia memanglah tidak mudah
sayang. Tapi bukankah setia adalah pekerjaan yang mulia? Hingga saat ini, aku
tidak tahu pada siapakah hatimu bersetia dan pada siapakah kamu berjanji. Yang
aku tahu kamu tidak sedang bersetia kepadaku.
Meski
begitu, aku tetap mempercayaimu. Karena aku tahu bahwa Tuhan sedang menguji
cintaku padamu. Aku masih setia mengenang semua yang telah kita lewati bersama.
Merasakan teriknya matahari, dinginnya air hujan, manisnya rindu atau kadang
kesalnya menunggu. Aku tidak bisa merelakan itu semua pergi, hilang dalam
hitungan menit. Padahal butuh waktu yang lama untuk menciptakan semua kenangan
itu.
Dari hati
yang terdalam, aku menuliskan ini untukmu. Dengan hati yang pilu, dengan tangan
yang gemetar juga dengan pikiran yang sesak dengan kenangan. Agar kamu ingat
bagaimana dulu kita menciptakan pelangi di hati masing-masing. Agar kamu tahu
bahwa aku tidak pernah pergi, tidak pernah mengingkari janji. Aku masih tetap
bersamamu, memelukmu dengan doa, memberimu semangat dengan senyum juga tawa
yang lepas. Hati ini masih setia pada satu orang laki-laki. Maka dari itu aku
akan menjadikan hatiku sebagai rumahmu. Pulang lah saat kamu sudah lelah,
kembali lah saat kamu merasa tak nyaman berada di luar, dan menetap lah. Hatiku
rumah yang nyaman, penuh dengan cinta, tidak ada dusta, selalu setia. Dan itu
hanya berlaku untuk mu.
Setiaku
Pada Janji Sendiri